Rabu, 14 Maret 2012

Stop Preman dengan Cinta Tulus, Bukan Akal Bulus Bernama Petrus

KARGO.NEWS

 Jakarta Silih berganti, media diramaikan oleh pemerkosaan di angkutan kota. Salah satu sasaran empuk si 'belang'adalah wanita malang sehabis bekerja larut malam. Tak lama berselang, Ratusan polisi menggerebek satu orang yang diidentifikasi sebagai pamong preman. Kota pun berubah tegang, Belum reda berita tersebut, muncul tokoh baru bernama 'Uma Thurman', pemeran utama Film Kill Bill, dalam drama nyata penyerangan di RSPAD.

Logo tentara pun serasa tak berarti bagi gerombolan dengan angkara murka. Kalau ruang kota berlambangkan 'Angkatan Darat' saja sudah dilabrak di negeri ini, ruang kota mana lagi yang aman? Tingkat kepasrahan warga pun digantung setinggi langit untuk membuang rasa ketakutan. Pemerintah selaku orang tua pun masih gagap terhadap letupan demi letupan kriminalitas kota. Warga pun seakan-akan menjadi anak yang kehilangan orang tuanya. 

Pengurangan Kesempatan

Petrus, pola penanganan preman zaman orba pun menyeruak di tengah kosongnya kepala sang orang tua dan anak-anaknya dari ide kreatif pembasmian preman. Akal bulus bernama petrus itu layaknya fatamorgana, terlihat efektif, tapi membungkam sistem bermasyarakat kita. Ah, lupakanlah... Belajarlah pada Bang Napi jika ingin berantas preman. Ingatlah kata-kata saktinya: 'Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan'. Ya, dua faktor itu yang perlu diotak-atik, yaitu: niat dan kesempatan.

Layaknya dalam keluarga bermasalah, orang tua perlu mencurahkan segala cinta kasih extra kepada anak-anaknya. Anak-anak pun demikian, saling peduli satu sama lain sebagai wujud cinta kasih sesama brotherhood. Salah satu bentuk cinta kasih itu mengatur ruang kota dalam mengurangi 'kesempatan' bertindak kriminal. Pengaturan ruang untuk mencegah tindak kriminal (Crime prevention through environmental design - CPTED) sebenarnya telah lahir di dunia sejak tahun 1970-an, tapi ia seakan tiada di kota-kota Indonesia sampai hari ini. CPTED telah diacu dan dimodifikasi oleh kota dunia seperti: Kota Edmonton, Kota Lismore, Provinsi Australia Selatan, Kota Wellington dan Negara Kota Singapura. Melalui pengaturan ruang kota itulah, wujud cinta kasih pemerintah mengalir ke warganya dalam mengurangi kesempatan tindak kriminal suatu kota.

Wujud Cinta Tulus

Cinta tulus itu berupa desain ruang kota penghindar ruang abu-abu. Coba telisik ruang kota mana yang jadi tempat favorit pelaku kejahatan. Bukankah ruang tersembunyi, sepi dan senyap? Ruang tersebut ada karena tidak jelas fungsi dan kepemilikannya. Desain kota anti preman tidak akan meninggalkan sebuah ruang tanpa fungsi yang jelas.

Sebagai contoh, desain ruang dengan rumah membelakangi sungai, akan menyebabkan ruang tersisa antara rumah dan badan sungai. Kalau malam hari, para pelaku kejahatan akan mudah untuk bersembunyi di ruang tersebut. Bandingkan, jika desain ruang rumah tersebut menghadap sungai yang dibatasi oleh jalan dan sempadan sungai. Ruang antara tersebut tetap terpantau oleh penghuni rumah. Ruang tersebut akan tetap dilalui pejalan dan pengendara. Bunuh diri jika pelaku kejahatan bersembuyi ditempat itu, bukan?

Dan cinta tulus itu adalah melakukan kontrol terhadap ruang terlantar. Ingat Film Alangkah lucunya (negeri ini)? Di mana para pencopet itu belajar mengaji sampai rapat menyetor hasil copetannya ke kepala preman? tentu di sebuah gedung tak terjamah dan sudah ditinggalkan, bukan? Wahai bapak dan ibu para warga, jangan coba-coba membiarkan gedung, tanah atau pun bangunan lainnya menjadi ruang yang ditelantarkan. Setiap inci ruang, pasti ada aktivitasnya. Ketika ada kekosongan, aktivitas llegal akan lebih gampang terjadi. Pemerintah bisa memaksa pemilik ruang dan bangunan terlantar untuk segera mengaktifkan kembali. Jika tidak, pemaksaan berupa pengenaan bea, pemberlakuan aturan khusus sampai perampasan hak kepemilikan adalah hal biasa dalam dunia 'persilatan tata ruang' di planet ini.

Serta cinta tulus itu bermakna penyuplaian fasilitas ruang memadai disetiap sudut kota. Ruang trotoar dilengkapi dengan fasilitas penerangan yang memadai tentu menjadi tempat paling dibenci para preman. Ruang kota dengan telepon khusus dan gratis dial ke pengamanan, bus stop khusus para penikmat malamnya kota dan papan penunjuk daerah aman dan rawan adalah fasilitas ruang yang sangat lazim di negara maju.

Jika memang dana menjadi masalah utama, tentu kita sebagai masayarakat yang guyub, akan mudah mengatasinya dengan simbol sakti, 'gotong-royong'. Warga desa telah memberikan contoh yang baik dalam pencegahan kejahatan di kampungnya walaupun punya uang sedikit. Sekali-kali, belajarlah ke desa, wahai kaum urban yang katanya kaya raya! 

Satu lagi cinta tulus itu adalah adanya ruang komunikasi antar warga kota. Taman kota, fasilitas olah raga, fasilitas 'gazebo' warga kota dari tingkat RT sampai dengan tingkat kota memiliki fungsi pengharmonis warga kota. Ruang komunikasi tersebut akan menjadi tempat curhat sang anak pada ayah-ibunya, tempat bercengkrama sang sahabat pada sohibnya dan tempat mengadu sang warga pada pemerintahnya. Ruang komunikasi itu akan memperlancar informasi antar pemanfaat ruang. Bagaikan keluarga, komunikasi yang lancar antar elemen kota akan memudahkan untuk mengidentifikasi tindak kejahatan dan mencari solusinya bersama.

Cinta Tulus Selalu Tanpa Batas

Masih tidak cukupkah keempat gambaran wujud cinta itu pada dirimu? Jika ya, perlu dipertanyakan, apakah anda memiliki cinta tulus itu? Jika ragu-ragu, lihatlah wajah-wajah anak di kotamu seperti engkau melihat istrimu dan anak-anakmu yang sangat kau cintai. Jika masih belum ada juga atau ketemunya petrus lagi, ah sudahlah, kau memang tidak memiliki cinta tulus itu. Saatnya kau memberikan tampuk kepemimpinan kota pada orang yang memiliki cinta tulus itu

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More