KARGO.NEWS
Jakarta - Para pebisnis daging sapi di Jakarta mengaku resah dengan adanya kabar video kekerasan sapi Indonesia yang kembali beredar di Australia. Para pebisnis daging ini khawatir jika peredaran video ini membuat penghentian ekspor sapi hidup ke Indonesia seperti yang terjadi tahun lalu.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Komite Daging Sapi se-DKI Jakarta Sarman, dalam acara konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/3/2012)
"Itu yang membuat kendala juga bagi kita, mereka dapat laporan kalau di Indonesia itu, motong sapinya kayak disiksa. Mereka kan higienis, walaupun mereka ngirim sapi ke Indonesia dalam hidup mereka tetap memonitor bagaimana Indonesia menyembelih sapi itu," katanya.
Ia menambahkan saat ini saja sudah terjadi kelangkaan pasokan daging di Jakarta karena pemangkasan kuota impor daging. Sarman khawatir harga daging akan semakin menggila ketika awal April nanti harga BBM akan naik.
"Itu juga naik, sekarang saja sudah naik 10-15% nanti juga naik bisa 20-25%. Sekarang harga daging Rp 70-80.000 per Kg," katanya.
Sebelumnya pemerintah Autralia kembali dikejutkan dengan beredarnya video 'kekejaman' terhadap sapi di rumah potong hewan (RPH) Indonesia. Kelompok penyayang binatang asal Australia mendesak pemerintah setempat menghentikan ekspor ke Indonesia.
Video yang mulai beredar di Negeri Kangguru itu sejak beberapa pekan lalu menunjukkan sapi-sapi potong yang diperlakukan dengan 'tidak layak', seperti dicambuk dan dipukuli sebelum dipotong. Video tersebut disiarkan oleh banyak stasiun televisi Australia.
Pemerintah setempat berniat menyelidiki video tersebut sebelum mengambil keputusan. Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menyatakan, skenario terburuk yang bisa diambil adalah menghentikan ekspor yang bernilai US$ 340 juta setahun, jika RI terbukti melanggar aturan kesejahteraan hewan.
Sebelumnya, Australia juga sempat menghentikan ekspor sapi ke Indonesia selama beberapa bulan di 2011 setelah muncul video penganiayaan terhadap hewan potong berkaki empat tersebut. Pasalnya, video tersebut membuat banyak warga Australia geram.
0 komentar:
Posting Komentar