KARGO.NEWS
Turdi (Toriq/detikcom)
Jakarta Kos-kosan berukuran 2x2 meter di bilangan kampung padat penduduk di wilayah Klender, Jakarta Timur itu ditinggali Turdi (66), yang pernah menjadi juru masak keluarga Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat masih tinggal di Indonesia. Di depan kos-kosan dekat bantaran sungai di antara gang-gang sempit Turdi menceritakan penggalan bab hidupnya yang sempat bersentuhan dengan orang nomor 1 di negara adidaya itu.
Turdi merupakan mantan juru masak keluarga Obama saat tinggal di Indonesia. Ia mengaku bekerja pada keluarga Obama dari tahun 1970 hingga 1972. Menurut Turdi, Obama kecil, yang akrab dipanggilnya Barry, selalu menyukai masakannya. Terlebih saat dia memasak sate dan sop buntut.
"Dia selalu suka masakan saya. Apalagi kalau saya masak sop buntut," tutur Turdi mengenang Obama kecil.
Selain memasak untuk keluarga, Turdi juga bertugas menjemput Obama kecil pulang dari sekolah setelah pelajaran tambahan. Tak cuma itu, Turdy bahkan pernah 'memerintah' Presiden AS kecil itu.
"Kadang-kadang saya menjemput kalau Obama telat pulang karena ada pelajaran tambahan di sekolah. Saya jemput pakai sepeda yang ada di rumah atau menyewa becak. Saya juga kadang mengingatkan mandi, 'Barry kamu mandi dulu'," kata Turdy.
Mengenakan kaos merah dan celana jeans tiga perempat, Turdi melayani wawancara detikcom di depan rumah kosan yang ia tinggali bersama beberapa waria lain. Di wilayah padat penduduk itu, ia akrab disapa dengan panggilan Mbak Evie.
"Saya kan waria ya. Jadi dalam hati, saya merasa sebagai wanita," kata Turdi di depan kos-kosannya.
Kehidupan Turdi berubah setelah dia tidak lagi bekerja pada keluarga Obama. Setelah itu, ia terjerumus pada pergaulan bebas dan masuk dalam dunia prostitusi.
"Saya dapat laki-laki dan uang. Pokoknya kebutuhan saya terpenuhi saat itu," kenangnya.
Namun, kehidupan jalanan yang dijalaninya saat itu tidak semudah yang ia bayangkan. Ia sering dikejar dan ditangkap oleh petugas keamanan kota pada masa itu.
Ia pernah ditangkap dan digunduli oleh anggota Kodim. Padahal, saat itu rambutnya bagus dan panjang.
"Dulu rambut saya sampai di bawah pinggang," jelasnya.
Ia memutuskan keluar dari dunia prostitusi setelah menemukan dua orang temannya mengambang di sungai setelah sebelumnya lari dari kejaran petugas yang sedang melakukan razia. Saat itu, ia memutuskan untuk menata ulang hidupnya dan berhenti sebagai seorang pekerja seks.
"Saat itu saya pikir, kehidupan yang saya jalani selama ini nol besar. Nggak ada artinya saya jadi pelacur," tutur Turdi.
Saat ini Turdi menjalani masa tuanya di rumah kos bersama beberapa waria lain. Ia bekerja serabutan, mengandalkan tetangga yang butuh bantuan. Ia cukup sering menerima permintaan mencuci pakaian kotor tetangganya. Namun, sejak banyaknya jasa laundry kiloan, ia sudah jarang mendapat order cucian lagi.
Turdi merupakan mantan juru masak keluarga Obama saat tinggal di Indonesia. Ia mengaku bekerja pada keluarga Obama dari tahun 1970 hingga 1972. Menurut Turdi, Obama kecil, yang akrab dipanggilnya Barry, selalu menyukai masakannya. Terlebih saat dia memasak sate dan sop buntut.
"Dia selalu suka masakan saya. Apalagi kalau saya masak sop buntut," tutur Turdi mengenang Obama kecil.
Selain memasak untuk keluarga, Turdi juga bertugas menjemput Obama kecil pulang dari sekolah setelah pelajaran tambahan. Tak cuma itu, Turdy bahkan pernah 'memerintah' Presiden AS kecil itu.
"Kadang-kadang saya menjemput kalau Obama telat pulang karena ada pelajaran tambahan di sekolah. Saya jemput pakai sepeda yang ada di rumah atau menyewa becak. Saya juga kadang mengingatkan mandi, 'Barry kamu mandi dulu'," kata Turdy.
Mengenakan kaos merah dan celana jeans tiga perempat, Turdi melayani wawancara detikcom di depan rumah kosan yang ia tinggali bersama beberapa waria lain. Di wilayah padat penduduk itu, ia akrab disapa dengan panggilan Mbak Evie.
"Saya kan waria ya. Jadi dalam hati, saya merasa sebagai wanita," kata Turdi di depan kos-kosannya.
Kehidupan Turdi berubah setelah dia tidak lagi bekerja pada keluarga Obama. Setelah itu, ia terjerumus pada pergaulan bebas dan masuk dalam dunia prostitusi.
"Saya dapat laki-laki dan uang. Pokoknya kebutuhan saya terpenuhi saat itu," kenangnya.
Namun, kehidupan jalanan yang dijalaninya saat itu tidak semudah yang ia bayangkan. Ia sering dikejar dan ditangkap oleh petugas keamanan kota pada masa itu.
Ia pernah ditangkap dan digunduli oleh anggota Kodim. Padahal, saat itu rambutnya bagus dan panjang.
"Dulu rambut saya sampai di bawah pinggang," jelasnya.
Ia memutuskan keluar dari dunia prostitusi setelah menemukan dua orang temannya mengambang di sungai setelah sebelumnya lari dari kejaran petugas yang sedang melakukan razia. Saat itu, ia memutuskan untuk menata ulang hidupnya dan berhenti sebagai seorang pekerja seks.
"Saat itu saya pikir, kehidupan yang saya jalani selama ini nol besar. Nggak ada artinya saya jadi pelacur," tutur Turdi.
Saat ini Turdi menjalani masa tuanya di rumah kos bersama beberapa waria lain. Ia bekerja serabutan, mengandalkan tetangga yang butuh bantuan. Ia cukup sering menerima permintaan mencuci pakaian kotor tetangganya. Namun, sejak banyaknya jasa laundry kiloan, ia sudah jarang mendapat order cucian lagi.
0 komentar:
Posting Komentar