Sabtu, 17 Maret 2012

Adakah Intelijen Hitam di Balik Bom Pipa Semarang?

KARGO.NEWS


Jakarta Kamis (15/3) lalu, bom pipa meledak di Semarang, Jawa Tengah. 3 Pekerja bangunan dilarikan ke rumah sakit. Seorang pria telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun belakangan pria yang jadi tersangka itu disebut-sebut lemah mental. Apakah ada intelijen hitam di balik peristiwa ini?

"Sementara kalo bukan aparat keamanan sendiri yang memiliki keterampilan dan memiliki bahun baku, lalu siapa lagi? Saya curiga ini ada proyek tidak jelas dari intelijen hitam," kata Koordinator Indonesian Crime Analys Forum (ICAF) Pusat, Mustofa B Nahrawardaya, saat dihubungin detikcom, Jumat (16/3/2012) malam.

Jika benar ada intelijen hitam di balik peristiwa itu, apa tujuannya? Menurut Mustofa, hal itu bisa saja dilakukan untuk pengalihan isu. Selain itu karena bom meledak di dekat pesantren yang sedang dibangun, seolah ada pesan untuk menghambat pembagunan. Intelijen hitam yang dia maksud adalah oknum intelijen.

"Karena nantinya akan dipasang garis polisi yang mengakibatkan pembangunan bangunan tersebut menjadi terhambat," sambung dia.

"Seakan juga sedang mencari kambing hitam atas gerakan radikalisme," imbuh Mustofa.

Dia mengatakan intelijen pasti sudah mengetahui gerak-gerik pelaku teror. Pertanyaannya apakah intelijen membiarkan pelaku beraksi dengan tujuan mengingatkan masyarakat mengingat peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia atau kalah cepat bertindak dari pelaku.

"Sebab pada akhirnya kasus seperti ini suka berakhir dengan ganjil. Contoh penemuan senjata di hutan UI, kasus ini seperti hilang tanpa diketahui penyebabnya," keluh Mustofa.

Seperti diberitakan, bom pipa meledak di dekat pembangunan pesantren di Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (15/3) lalu. Tiga pekerja bangunan menjadi korban luka. Polisi telah menetapkan 1 orang sebagai tersangka dalam kasus ini, yakni Imam Sukayat.

Namun menurut keterangan ketua RT setempat, Imam adalah pria lemah mental. "Dia itu lemah mental. Untuk berinteraksi dengan orang lain saja susah," kata Abdul Ilyas, Ketua RT di lingkungan tempat tinggal Imam. Hal itu disampaikan dia saat akan menjenguk Imam di Polrestabes Semarang, Jalan Dr Sutomo No 19, Jumat (16/3/2012).

Dia menjelaskan Imam putus sekolah ketika duduk di kelas 2 SD. Saat masih kecil, Imam juga sering mengeluh pusing jika orang tua menyuruhnya sekolah. Karena itu Abdul dan pihak keluarga merasa ada yang janggal dengan penetapan tersangka kepada Imam.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More