Sabtu, 19 Mei 2012

Meraih Impian Terakhir

Seputar Depok,KOMPAS.com - Andaikan minggu lalu Bayern Muenchen juara Piala Jerman, mungkin hati mereka tak terlalu berdebar-debar menghadapi pertandingan final Liga Champions Sabtu (19/5) ini. Namun, apa mau dikata, menjelang menghadapi Chelsea di Stadion Fussball Arena, mereka digebuk Dortmund dengan skor amat memalukan, 2-5.

Bayern gagal meraih trofi Piala Jerman. Sementara di Bundesliga, mereka juga hanya menempati urutan kedua, setingkat di bawah Dortmund yang musim ini juara. ”Kalah 2-5 bukan lagi nasib. Bukan juga kesialan. Kami harus mengaku apa adanya. Ini sungguh hal yang amat memalukan. Setiap gol pemain Dortmund terasa bagai tempelengan menyakitkan,” kata Presiden FC Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge.

”Melawan Dortmund, anak-anak Bayern bermain seperti Hertha,” komentar penonton di Stadion Berlin. Komentar itu sungguh suatu ejekan karena Hertha Berlin adalah klub yang tahun ini terdegradasi ke Divisi II Bundesliga. Meladeni Dortmund yang bermain dengan teknik tinggi dan modern, permainan Bayern terlihat ketinggalan zaman. Maka, koran Die Welt berkomentar, ”Dortmund melawan Bayern, ibarat Facebook berhadapan dengan album puisi.” Atau, seperti pertandingan yang tidak seimbang, saat yang muda membuat kewalahan yang tua, ibarat ”Juergen Klopp, Pelatih Dortmund, yang baru berusia 44 tahun, melawan Jupp Heynckes, Pelatih Bayern, yang sudah berusia 66 tahun.”

Apakah dalam final Piala Jerman di Berlin itu Bayern demikian tidak meyakinkan? ”Ya, permainan kami sungguh membawa musibah, lebih-lebih di sektor pertahanan,” kata Heynckes. Heynckes menyebut pertahanan Bayern ”gagap, panik, dan tidak disiplin”. Menghadapi Chelsea, Arjen Robben mengingatkan keras, Bayern perlu memperbaiki pertahanan. ”Melawan Dortmund, kami terlalu banyak menghadiahi gol,” kata Robben, mengecam longgarnya pertahanan timnya.

Namun, melawan Dortmund, Bayern kalah tidak hanya di sektor pertahanan. Secara keseluruhan, mereka juga lamban dalam bergerak dan tak terlihat gesit dalam mengembangkan ide permainan. Berhadapan dengan pemain Dortmund yang cepat dan cerdik, pemain seperti Robben dan Franck Ribery bahkan sering terlalu lama menahan bola dan tampak kehilangan inisiatif.

Semua kelemahan ini sudah dicatat dengan cermat oleh Roberto Di Matteo. Pelatih Chelsea ini memang menyempatkan datang ke Berlin dan melihat sendiri bagaimana Bayern kedodoran dicabik-cabik Dortmund. ”Saya telah memperoleh beberapa ide menarik,” kata Di Matteo. Ia tidak memaparkan apakah idenya itu. Jelas, ia paham, manakah lubang kelemahan Bayern yang bisa dimanfaatkan tim asuhannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More