Selasa, 17 April 2012

Tiktok van Depok dan Marketing Communications

Seputardepok__Sebetulnya saya sudah lama melewati tempat berjualan Tiktok van Depok ini.  Tapi saya baru tergerak untuk berhenti dan mencicipi hidangan ini setelah ada liputan di Kompas minggu beberapa waktu yang lalu.
Sejak awal, saya sudah berkali-kali melirik ke warung ini.  Yang unik dari warung ini adalah promosi bahwa makanan yang disajikan berbahan dasar hewan yang tidak pernah kita temukan sebelumnya.  Ini karena sang empunya restoran lah yang melakukan penyilangan Itik dan Entok.   Ia menyebut hewan baru ini Tiktok
image039
Ketika saya mendatangi kedai ini, pengunjungnya cukup banyak.  Ada seorang ibu yang makan sendiri, dan kemudian memesan beberapa bungkus tiktok goreng dan panggang.  Di sudut yang lain, ada beberapa keluarga bersama anaknya tengah menikmati sup tiktok.  Pelayan kedai ini berlalu lalang sibuk melayani pembeli yang tak kunjung berhenti.
Saya sebetulnya ingin mencoba sup dan tongsengnya.  Konon enak.  Tapi sayang seribu sayang, ternyata sudah habis.    Akhirnya saya memesan tiktok goreng dengan nasi putih.
Rasanya memang seperti yang dijanjikan.  Ia bertekstur seperti ayam, dan juga memiliki rasa yang serupa dengan ayam.  Namun potongannya lebih besar dari ayam.  Kulitnya pun lebih tebal, lebih berminyak daripada ayam.
image0381
Tapi rasanya beda dengan bebek.  Liat daging khas bebek tidak kita temukan disini.  ‘Aroma’ khas dari daging bebek juga tidak kita temukan disini.
Sambil menikmati daging tiktok tersebut saya melihat keliling saya.  Usaha seperti ini lah yang kita butuhkan saat ekonomi global terpuruk.  Ekonomi yang asli Indonesia.  Mulai dari bahan baku, hingga pemasaran pun di lakukan di Indonesia.  Saya pernah mengajak orang untuk makan di warung untuk memajukan ekonomi Indonesia.  Kini, saatnya kita untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah seperti ini.
image0412
Yang sering terabaikan dalam usaha kecil dan menengah adalah aspek marcomm-nya.  Usaha kecil dan menengah seringkali hanya mengandalkan words of mouth.  Walaupun dalam pemasaran dan public relations kanal ini merupakan kanal yang terbaik, namun kadang-kadang sulit untuk memulainya.
Nah, Tiktok van Depok mulai ramai dikunjungi calon pelanggan setelah publisitas yang dilakukan di Kompas.  Strategi yang demikian dapat dipergunakan oleh banyak usaha kecil dan menengah di Indonesia untuk memasarkan produknya.
Nampaknya masyarakat banyak yang sudah mulai mengapresiasi editorial produk, atau cerita tentang sebuah produk yang disajikan di harian atau majalah.  Masyarakat Indonesia, yang kini tingkat intelegensianya semakin tinggi, nampaknya lebih suka membaca cerita tentang bagaimana Tiktok van Depok disilangkan dari Entok dan Itik, bagaimana makanan ini diolah, human stories yang ada di belakang ini semua.
tiktok-depok-kompas
Keleluasaan pilihan waktu untuk menerima informasi juga penting.  Mereka bisa memilih sendiri: di pagi hari, siang, atau malam menjelang tidur. Mungkin masyarakat sudah jenuh dengan hard-selling a la iklan yang modanya adalah menginterupsi aktivitas kita.  Ada kesan mengganggu disini.
Rasanya baru belakangan ini saya membaca buku tentang matinya advertising.   Ternyata, dampaknya sudah bisa dirasakan di Depok!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More